Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Di sini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa per- kembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.
Aspek– aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial,
emosi, bahasa, moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan
sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan)
atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil
dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu
selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia
lainnya. Emosi merupakan perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan
atau perilaku individu. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi
dengan yang lain. Moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan
melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama
merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Untuk efisiensi waktu , maka penulis membatasi penulisan ini pada
perkembangan anak khususnya siswa fase remaja . Karena Masa remaja
merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan
individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada
perkembangan masa dewasa yang sehat.
Definisi Perkembangan
Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke
arah yang lebuh maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan
peningkatan sesuatu dalam hal jumlah,ukuran dan arti pentingnya.
Pertumbuhan juga berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of
development) (Mc. Leod, 1989).
Adapun perkembangan adalah proses perubahan kualitati yang mengacu pada
mtu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu
sendiri. Dengan kata lain penekanan arti perkembangan itu terletak pada
penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik.
Ciri-ciri Perkembangan
1) Seumur hidup (life-long) tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan.
2) Multidimentional terdiri atas biologis – kognitif –sosial; bahkan
dalam satu dimensi terdapat banyak komponen misalnya: inteligensi
:-inteligensi abstrak, inteligensi non verbal, inteligensi sosial dsb.
3) Multidirectional beberapa komponen dari suatu dimensi dapat
meningkat dalam pertumbuhan, sementara komponen lain menurun. Misalnya :
orang dewasa tua dapat semakin arif – tapi kecepatan memproses
informasi lebih buruk.
4) Lentur (elastis) bergantung pada kondisi kehidupan individu.
Secara rincinya bila dilihat dari fisik dan psikis:
Terjadi perubahan : fisik: perubahan tinggi/berat badan/organ-organ
tubuh lain : psikis: bertambahnya perbendaharaan kata – matangnya
kemampuan berpikir-mengingat & menggunakan imajinasi kreatifnya
Perubahan dalam proporsi fisik: proporsi tubuh berubah sesuai dengan
fase perkembangannya ; psikis : perubahan imajinasi dari fantasi
->realitas, perhatiannya dari dirinya sendiri -> orang
lain/kelompok teman sebaya.
Lenyapnya tanda-tanda lama. Fisik : lenyapnya kelenjar thymus (kelenjar
kanak-2) yg terletak pada bagian dada, kelenjar pineal pada bagian bawah
otak , gigi susu & rambut-rambut halus. Psikis: masa
mengoceh/meraban-gerak gerik kanak-kanak, merangkak-perilaku impulsive
(dorongan untuk bertindak sebelum berpikir)
Diperoleh tanda-tanda baru. Untu fisik: pergantian gigi, karakteristik
seks padd usia remaja, perubahan anggota tubuh dan menstruasi/mimpi
basah. Untuk psikis: rasa ingin tahu terutama yang berhubungan dengan
ilmu pengetahuan, seks, nilai moral, keyakinan beragama.
Prinsip-Prinsip Perkembangan
Secara garis besar perkembangan itu memiliki prinsip antara lain:
- Perkembangan itu mengikuti pola-pola
tertentu dan berlangsung secara teratur. Dalam hal ini perkembangan
mulai dari kepala ke kaki, dan dari pusat ke bagian-bagian.
- Pertumbuhan dan perkembangan tidak
terjadi secara tiba-tiba, tetapi berlangsung berangsur-angsur secara
teratur dan terus menerus.
- Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi
oleh sifat perkembangan sebelumnya. Terlambatnya suatu tingkat
perkembangan, akan menghambat pula perkembangan pada tingkat berikutnya.
Sebaliknya sukses dalam suatu tingkat perkembangan, akn sukses pula
pada perkembangan berikutnya.
- Perkembangan itu antara anak satu
berbeda dengan anak yang lain, baik dalam perkembangan masing-masing
organ/aspek kejiwaannnya maupun cepat atau lambatnya perkembangan
tersebut.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Secara garis besar, pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu
a) Aliran Nativisme
Menurut aliran ini bahwa perkembangan individu itu semata-mata
ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (natus = lahir).
Anak sejak lahir membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu yang
dinamakan sifat pembawaan. Para ahli yang mengikuti paham ini biasanya
menunjukkan berbagai kesamaan/kemiripan antara orangtua dengan
anak-anaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli musik maka anaknya juga akan
menjadi ahli musik, ayahnya seorang ahli fisika maka anaknya juga akan
menjadi ahli fisika. Keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh
orangtua juga dimiliki oleh anaknya.
Sifat pembawaan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi
perkembangan individu. Pendidikan dan lingkungan hampir-hampir tidak ada
pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Akibatnya para ahli pengikut
aliran ini berpandangan pesimistis terhadap pengaruh pendidikan. Tokoh
aliran ini ialah Schopenhauer dan Lombroso.
b) Aliran Empirisme
Menurut aliran ini bahwa perkembangan individu itu semata-mata
ditentukan oleh faktor dari luar/lingkungan. Sedangkan pembawaan tidak
memiliki peranan sama sekali. Tokoh aliran ini ialah John Locke (1632 –
1704) yang terkenal dengan teori “Tabularasa”. Ia mengatakan bahwa anak
lahir seperti kertas putih yang belum mendapat coretan sedikitpun, akan
dijadikan apa kertas itu terserah kepada yang menulisnya.
Aliran empirisme menimbulkan optimisme dalam bidang pendidikan. Segala
sesuatu yang terdapat pada jiwa manusia dapat diubah oleh pendidikan.
Watak, sikap dan tingkah laku manusia dapat diubah oleh pendidikan.
Pendidikan dipandang mempunyai pengaruh yang tidak terbatas.
Keburukan yang timbul dari pandangan ini adalah anak tidak diperlakukan
sebagai anak, tetapi diperlakukan semata-mata menurut keinginan orang
dewasa. Pribadi anak sering diabaikan dan kepentingannnya dilalaikan.
c) Aliran Konvergensi
Menurut aliran ini bahwa manusia dalam perkembangan hidupnya dipengaruhi
oleh bakat/pembawaan dan lingkungan atau dasar dan ajar. Manusia lahir
telah membawa benih-benih tertentu dan bisa berkembang karena pengaruh
lingkungan. Aliran ini dipelopori oleh W. Stern.
Pada umumhnya paham inilah yang sekarang banyak diikuti oleh para ahli
pendidikan dan psikologi, walaupun banyak juga kritik yang dilancarkan
terhadap paham ini. Salah satu kritik ialah Stern tidak dapat dengan
pasti menunjukkan perbandingan kekuatan dua pengaruh itu.
Dengan demikian pendidikan harus mengusahakan agar benih-benih yang baik
dapat berkembang secara optimal dan benih-benih yang jelek ditekan
sekuat mungkin sehingga tidak dapat berkembang.
Aspek– Aspek Perkembangan Remaja
Semua individu khususnya remaja akan mengalami perkembangan baik fisik
maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi,
bahasa, moral dan agama.
(a) Perkembangan Fisik
Dalam perkembangan remaja, perubahan yang tampak jelas adalah perubahan
fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang
dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Dalam
perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan ciri-ciri seks primer
dan ciri-ciri seks sekunder. Ciri– ciri seks primer :
(1) Remaja pria
Ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan statis pada tahun pertama
dan kedua, kemudian pada tahun berikutnya tumbuh lebih lambat dan akan
mencapai ukuran pada usia 20– 21 tahun. Matangnya organ– organ seks yang
memungkinkan remaja pria yang berusia sekitar 14– 15 tahun mengalami
mimpi basah.
(2) Remaja wanita
Ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium (indung telur).
Ovarium menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormon- hormon yang
diperlukan untuk kehamilan, menstruasi dan perkembangan seks sekunder.
Pada usia 11– 15 tahun, menstruasi pertama sering ditandai dengan sakit
kepala, sakit pinggang, kadang kejang, lelah, depresi dan mudah
tersinggung.
(b) Perkembangan Psikis
1. Aspek Intektual
Perkembangan intelektual (kognitif) pada remaja bermula pada umur 11
atau 12 tahun. Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang
konkrit, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis
dan abstrak dari realitas. Bagaimana dunia ini tersusun tidak lagi
dilihat sebagai satu-satunya alternatif yang mungkin terjadi, misalnya
aturan-aturan dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya dan
aturan-aturan yang diberlakukan padanya tidak lagi dipandang sebagai
hal-hal yang mungkin berubah. Kemampuan-kemampuan berpikir yang baru
ini memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak, hipotesis dan
kontrafaktual, yang nantinya akan memberikan peluang pada individu
untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal.
2. Aspek Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan
saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini meliputi kepercayaan
akan diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang
lain, dan lain-lain.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami
orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat
pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja
untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau
lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada
masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini,
pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada
lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan
perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah,
berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang
terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti :
mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan
memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk
mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik
di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Berikut ini ciri-ciri
penyesuaian sosial remaja, diantaranya :
Di Lingkungan Keluarga
Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan saudaranya
Menerima otoritas orang tua (menaati peraturan orang tua)
Menerima tanggung jawab dan batasan (norma) keluarga
Berusaha membantu anggaran kalau sebagai individu atau kelompok
Di Lingkungan Sekolah
Bersikap respek dan mentaati peraturan
Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah
Menjalin persahabatan dengan teman sebaya
Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau staf lain
Berprestasi di sekolah
Di Lingkungan Masyarakat
Respek terhadap hak-hak orang lain
Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya atau orang lain
Bersikap simpati dan menghormati terhadap kesejahteraan orang lain
Respek terhadap hukum, tradisi dan kebijakan-kebijakan masyarakat.
3. Aspek Emosi (Afektif)
Perkembangan aspek emosi berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal
(13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun) pada masa remaja awal
ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi
rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya.
Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa
duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan
kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir
(18– 21 tahun).
Pada masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap mendua
(ambivalensi) maka pada masa remaja akhir anak telah memiliki pendirian,
sikap yang relatif mapan. Mencapai kematangan emosial merupakan tugas
yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh
kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan-lingkungan
keluarga dan teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut kondusif maka
akan cenderung dapat mencapai kematangan emosional yang baik, seperti
adolesensi emosi (cinta, kasih, simpati, senang menolong orang lain,
hormat dan menghargai orang lain, ramah) mengendalikan emosi (tidak
mudah tersinggung, tidak agresif, optimis dan dapat menghadapi situasi
frustasi secara wajar). Tapi sebaliknya, jika seorang remaja kurang
perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman
sebaya, maka cenderung mengalami perasaan tertekan atau ketidaknyamanan
emosional, sehingga remaja bisa berealisi agresif (melawan, keras
kepala, bertengkar, berkelahi, senang mengganggu) dan melarikan diri
dari kenyataan (melamun, pendiam, senang menyendiri, meminum miras dan
narkoba).
4. Aspek Bahasa
Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat
berkomunikasi baik alat komunikasi lisan, tulisan, maupun menggunakan
tanda-tanda dan isyarat. Bahasa remaja adalah bahasa yang telah
berkembang, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya
lingkungan teman sebaya sedikit banyak lebih membentuk pola perkembangan
bahasa remaja. Pola bahasa remaja lebih diwarnai pola bahasa pergaulan
yang berkembang di dalam kelompok sebaya.
Pada umumnya remaja akhir lebih memantapkan diri pada bahasa asing
tertentu, menggemari literatur yang mengandung nilai-nilai filosofis,
etnis dan religius. Penggunaan bahasa oleh remaja lebih sempurna serta
perbendaharaan kata lebih banyak. Kemampuan menggunakan bahasa ilmiah
mulai tumbuh dan mampu diajak berdialog seperti ilmuwan.
5. Aspek Moral
Perkembangan moral pada remaja menurut teori Kohlberg menempati tingkat
III: pasca konvensional stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap
perjanjian antara remaja dengan lingkungan sosial. Ada hubungan timbal
balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Pada tahap
ini remaja lebih mengenal tentang nilai-nilai moral, kejujuran,
keadilan kesopanan dan kedisiplinan. Oleh karena itu moral remaja harus
sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial.
Selain itu peranan orang tua sangat penting. Dalam membantu moral
remaja, orang tua harus konsisten dalam mendidik anaknya, bersikap
terbuka serta dialogis, tidak otoriter atau memaksakan kehendak.
6. Aspek Agama
Pemahaman remaja dalam beragama sudah semakin matang, kemampuan berfikir
abstrak memungkinkan remaja untuk dapat mentransformasikan keyakinan
beragama serta mengapresiasikan kualitas keabstrakan Tuhan.
Proses Perkembangan
1. Perkembangan motor (fisik) siswa
Terdapat empat macam faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor
skills anak yang juga memungkinkan campur tangan orang tua dan guru
dalam mengarahkannya. Keempat faktor itu sebagai berikut:
a) Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf. Pertumbuhan dan
perkembangan kemampuannya membuat intelegensi (kecerdasan) anak
meningkat dan menibulkan pola tingkah laku yang baru. Semakin baik
perkembangan kemampuan sistem syaraf seorang anak akan semakin baik dan
beragam pula pola-pola tingkah laku yang dimilikinya. Akan tetapi organ
sitem syaraf ini lain dari yang lain, karena apabila rusak tidak dapat
diganti atau tumbuh lagi.
b) Pertumbuhan otot-otot. Otot merupakan jaringan sel-sel yang
dapat berubah memanjang dan juga sekaligus merupakan unit atau kesatuan
sel yang memiliki daya mengkerut. Diantara fungsi-fungsi pokoknya adalah
sebagai pengikat organ-organ lainnya dan sebagai jaringan pembuluh yang
mendistribusikan sari makanan. Peningkatan tegangan otot anak dapat
menimbulkan perubahan dan peningkatan aneka ragam kemampuan dan kekuatan
jasmaninya. Perubahan ini sangat tampak dari anak yang sehat dari tahun
ke tahun dengan semakin banyaknya keterlibatan anak tersebut dalam
permainan yang bermacam-macam atau dalam membuat kerajinan tangan yang
semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya dari masa ke masa.
c) Perkembangan dan pertumbuhan fungsi kelenjar endokrin. Kelenjar
adalah alat tubuh yang mengahasilkan cairan atau getah, seperti
kelenjar keringat. Perubahan fungsi dari kelenjar-kelenjar endokrin akan
mengakibatkan berubahnya pola sikap dan tingkah laku seorang remaja
terhadap lawan jenisnya. Perubahan ini dapat berupa seringnya bekerja
sama dalam belajar atau beolah raga, perubahan pola perilaku yang
bermaksud menarik perhatian lawan jenis, berubahnya gaya
dandanan/penampilan dan lain-lain
d) Perubahan struktur jasmani. Semakin meningkat usia anak maka
akan semakin menigkat pula ukuran tinggi dan bobot serta proporsi tubuh
pada umumnya. Perubahan jasmani ini akan banyak berpengaruh terhadap
perkembangan kemampuan dan kecakapan motor skills anak. Pengaruh
perubahan fisik seorang siswa juga tampak pada sikap dan perilakunya
terhadap orang lain, karena perubahan fisik itu sendiri mengubah konsep
diri (self-concept) siswa tersebut.
Perkembangan kognitif siswa
Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif anak terdirir dari empat tahapan, diantaranya:
a) Tahap sensory-motor. Tahap ini terjadi antara usia 0-2 tahun.
Intelegensi sensory motor dipandang sebagai intelegensi praktis. Anak
pada usia ini belajar bagaimana mengikuti dunia kebendaaan secara
praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang
sedang mereka perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan
tersebut.
b) Tahap pre-oprational. Periode ini terjadi pada usia 2-7 tahun.
Pada tahapan ini anaksudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya yang
harus ada dan biasanya ada, walaupun benda tersebut sudah ditinggalkan,
sudah tidak dilihat atau sudah tidak pernah diengar lagi. Selain itu
seorang anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula
mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.
c) Tahap concrete-operational. Tahapan ini terjadi pada usia 7-11
tahun. Dalam tahapan ini seorang anak memperoleh kemampuan yang disebut
system of operations (satuan langkah berpikir). Selain itu anak memiliki
kemampuan konservsi (kemampuan dalam memahami aspek-aspek kumulatif
materi, seperti volume), penambahan golongan benda (kemampuan dalam
memahami cara mengkombinasikan benda-benda yang memiliki kelas rendah
dengan kelas atasnya lagi), dan pelipatgandaan golongan benda.
d) Tahap formal-operational. Usia tahapan ini adalah 11-15 tahun.
Pada tahap ini seorang remaja memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik
secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitifnya. Yaitu
kapasitas menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan
prinsip-prinsip abstrak. Dengan kemampuan hipotesis, remaja mampu
berpikir khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan
anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon. Sedangkan
dengan memiliki kapasitas prinsip-prinsip abstrak, mereka mampu
mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti ilmu matematika.
Perkembangan sosial dan moral siswa
Perkembangan ini merupakan perkembagan kepribadian siswa selakuanggota
masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Proses perkembangan ini
berkaitan juga dengan proses belajar. Sehingga konsekuensinya, kualitas
hasil perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas proses
belajar (khususnya belajar sosial) siswa disekolahd an keluarga maupun
lingkungan yang lebih luas lagi.
Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah
kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi
kognitif, adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan
lainnya. Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang siswa mampu
berpikir. Selanjutnya tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa dapat
memahami dan meyakini faedah materi-materi pelajaran yang disampaikan
oleh guru mereka. Selain itu juga sulit untuk menagka pesan moral yang
terkandung dalam pelajran tersebut. Sehingga faidah pengembangan ranah
kognitif siswa adalah untuk mengembangkan kecakapn berikut ini:
Mengembangkan kecakapan kognitif
Mengembangkan kecakapan afektif
Mengembangkan kecakapan psikomotor
Perkembangan Bahasa Anak
Untuk bergaul dan berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa, baik dalam
bentuk tulisan, percakapan, bahasa isyarat maupun ekspresi wajah. Untuk
berkomunikasi secara efektif prlu memperhatikan nilai-nilai yang ada di
masyarakat. Nilai-nilai tersebut harus diberikan sedini mungkinagar
tertanam hal-hal mana yang baik dan buruk, yang boleh atau tidak boleh
dilakukan, bagaimana bersilap dan bertutur kata yang baik terhadap orang
lain. Pembelajaran nilai-nilai tersebut harus dengan contoh yang
konkret agar mudah difahami anak.
Perkembangan Bahasa yaitu bentuk komunikasi manusia merupakan yang
paling sempurna daripada binatang, karena manusia dapat melakukannya
melalui berbagai sarana dan prasarana yang ada. Tiap individu dituntut
untuk memiliki kemampuan menyatakan atau mengekspresikan pikirannya dan
menangkap pemikiran orang lain melalui bahasa, sehingga komunikasi
menjadi efektif. Anak-anak lebih dapat mengerti aa yang dikatakan orang
lain daripada mengutarakan pikiran dan perasaan mereka dengan kata-kata.
Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara
seperti alat bicara dan pertumbuhan/perkembangan otak, anak semakin
jelas dalam mengutarakan kemauan, pikiran maupun perasaannya melalui
ucapan atau bahasa. Hal itu tidak lepas ari pengaruh lingkungan,
terutama orang tua atau keluarga. Anak yang selalu mendapat motivasi
positif akan terpacu untuk mengembangkan potensi bicaranya.
Perkembangan Agama
Menurut Zakiah Darajat (dalam Martini Jumaris), agama sebagai dari iman,
pikiran yang diserapkan oleh pikiran, perasaan, dilaksanakan dalam
tindakan, perbuatan, perkataan dan sikap. Agama merupakan pengarah dan
penentu sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Awalnya anak-anak mempelajari agama berdasarkan contoh baik di rumah
maupun di sekolah. Bambang Waluyo menyebutkan dalam artikelnya bahwa
pendidikan agama di sekolah meliputi dua aspek, yaitu : 1. Aspek
pembentukan kepribadian (yang ditujukan kepada jiwa), 2. Pengajaran
agama (ditujukan kepada pikiran) . Metode yang digunakan dalam
pembelajaran harus berkaitan erat dengan dimensi perkembangan motorik,
bahasa, social, emosional maupun intelegensi siswa. Untuk kelas rendah
dapat menggunakan metode bercerita, bermain, karyawisata, demonstrasi
atau pemberian tugas. Untuk kelas tinggi dapat menggunakan metode
ceramah, bercerita, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas atau metode
lainnya yang sesuai dengan perkembangan siswa.
Hukum Perkembangan
Pengertian “hukum”, dalam ilmu jiwa perkembangan, tidaklah sama dengan
yang biasa dikelanal dalam dunia perundang-undangan peradilan. Adapun
yang dimaksud hukum perkembangan adalah kaidah fundamental tentang
realitas kehidupan anak-anak (manusia) yang telah disepakati
kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama.
Adapun macam-macam hukum perkembangan sebagai berikut:
Hukum kodrat Ilahi. Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu
berpangkal pada kehidupan. Karena hiduplah, anak manusia bias
berkembang. Sementara kehidupan itu penuh dengan ketentuan atau kodrat
dari Alah.
Hukum mempertahankan diri. Setelah manusia ditakdirkan hidup, lalu ia
secara naluriah berusaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk
bias hidup secara singkat bisa dijelaskan bahwa usaha mempertahankan
diri, intinya untuk memperoleh keselamatan. Sedang kselamatan, seperti
halnya kehidupan, adalah modal pokok bagi pelaksanaannya proses
perkembangan. Sekali lagi usaha mempertahankan diri merupakan sifat
naluriah manusia. Tujuan pokoknya, agar ia selamat dan hidupnya
berkelanjutan.
Hukum pengembangan diri. Ketika seorang anak berhasil mempertahankan
diri, bersamaan itu muncul pula hasrat insaniahnya untuk mengembangkan
segala potensi yang dibawah sejak lahir.
Hukum masa peka. Masa peka yang dimaksud ialah: suatu masa dimana
sesuatu “fungsi” demikian baik perkembangannya, karena itu harus
dilayani dan diberi kesempatan sebaik-baiknya.
f.Hukum tempo perkembangan. Berlangsungnya perkembangan pada anak yang
satu, belum tentu sama dengan anak yang lain. Ada anak yang dalam
perkembangannya kelihatan serba cepat, dan ada pula yang berlangsung
amat lambat.
Hukum irama perkembangan. Hukum ini menyatakan bahwa, bahwa
berlangsungnya perkembangan itu tidak selalu “ajeg” , konsisten dan
merata pada setiap waktu. Kadang-kadang suatu proses perkembangan
berjalan lancar, tapi ada pula dari keadaan biasa kemudian melonjak
cepat, untuk akhirnya kembali biasa lagi atau turun.
Hukum sifat perkembangan. Menurut stone, perkembangan pribadi manusia
itu jika diamati dengan sungguh-sungguh akan tampak adanya sifat-sifat
sebagai berikut: stabil, sensitive, aktif, teratur dan kontinyu.
Hukum kesatuan organis Dalam garis besarnya. Dalam diri manusia terdapat
dua jenis organ yaitu fisik dan psikis, raga dan jiwa, atau jasmani dan
rohani.
Beberapa Problem Perkembangan Dalam Proses Pembelajaran Siswa
Dalam pelaksanaan pembelajaran tidaklah selalu berjalan mulus sesuai
dengan perencanaan dan tujuan yang hendak dicapai, banyak kritik-kritik
tajam yang menghambat tercapainya perencanaan dan tujuan yang telah kita
tetapkan, diantaranya mahasiswanya sendiri sebagai masukan masih
mentah, hambatan juga ada pada tenaga pengajar dan sistemnya, sarana dan
administrasi pendidikannya.
a) Masalah di perguruan Tinggi Penetapan SKS di perguruan tinggi
menghadapi beberapa masalah antara lain kurangnya pengertian mengenai
pengalihan kurikulum, kekeliruan dalam penjabaran kurikulum, belum
adanya konsep sentralisasi, langkanya penasehat akademik, dan pelitnya
dosen memberi nilai. Sebagai pengelola fakultas dan jurusan beranggapan
SKS adalah suatu sistem yang wujudnya hanya berupa wadah baru dimana
semua lama Kuliah sistem lama dimasukkan. Pengertian yang keliru seperti
ini tentu saja menimbulkan masalah, karena sistem lama yang lima tahun
tidak mungkin dituangkan dalam suatu wadah yang hanya empat tahun dan
hanya memiliki maksimal 160 kredit.
b) Masalah sentralisasi Masalah sentralisasi juga merupakan hambatan
yang mungkin tak tersadari. Dalam pelaksanaan di lapangan SKS yang masih
agak asing dapat menimbulkan berbagai masalah, yang paling mencolok
diantaranya adalah penasehat akademik. Dalam SKS mahasiswa harus mengisi
KRS pada waktu pendaftaran. Pengisian KRS dibimbing oleh seorang
penasehat akademik yang bertugas pula untuk memberi penerangan mengenai
Segala peraturan akademik yang ada, disamping tugas memonitor
perkembangan yang dibimbingnya.
c) Masalah berbagai segi
Dari segi mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa yang duduk dibangku
perguryan tinggi rata-rata berusia antara 18-23 tahun, dan kebanyakan
mereka berasal dari golongan masyarakat yang ekonominya pas-pasan,
kemudian ditambah lagi dengan proses penyelenggaraan pendidikan di SMA
mereka yang kurang menunjang atau kurang berhubungan dengan studinya
diperguruan tinggi, latar belakang mahasiswa yang demikian jelas
merupakan salah satu hambatan dalam pelaksanaan SKS.
Dari segi pengajar. Ditinjau daru sudut kualitas dan kuantitas, staf
pengajar yang ada di PTN dan PTS yang ada sekarang ini, nampaknya masih
kurang memadai. Apalagi dilihat dari tingkat keaktifan pengajar dalam
memberikan kuliah yang keganyakan masih dibawah standar yang ideal dalam
pelaksanaan SKS, yakni keaktifan pengajar dalam memberikan kuliah satu
semester missal: masih dibawah 10 kali perminggu.
Dari segi sarana dan administrasi pendidikan Kekurangan cara untuk
pembiayaan pengadaan sarana dan administrasi memang merupakan keluhan
tradisional yang sering kita dengar dibeberapa PTS maupun PTN, sehingga
tak mengherankan jika sarana fisik, seperti perpustakaan, laboratorium,
kekurangan ruang kuliah, maupun fasilitas lain. Merupakan salah satu
hambatan dari kelancaran dan keberhasilan dari pelaksana SKS.
Solusi Bagi Problem Perkembangan Dalam Proses Pembelajaran Siswa
1) Menyediakan bimbingan dan penyuluhan bagi mahasiswa. Seperti kita
ketahui diatas, usia mahasiswa rata-rata masih muda, belum mempunyai
pemikiran yang dewasa dan mengetahui seluk-beluk proses belajar yang
baik di perguruan tinggi, untuk ini lperan ” Bimbingan dan Penyuluhan”
bagi mahasiswa di Perguruan tinggi mempunyai peran yang besardidalam
menunjang kelancaran dan keberhasilan penerapan SKS.
2) Meningkatkan kuantitas maupun kualitas pengajar. Untuk menupang
suksesnya penerapan SKS, nampaknya peningkatan-peningkatan kuantitas
staf pengajar sampai mendekati rasio yang ideal dengan jumlah mahasiswa
perlu mendapat perhatian. Adapun untuk meningkatkan kualitas staf
pengajar, usaha-usaha yang sudah ada seperti program akta mengajar,
penataran-penataran perlu terus menerus ditingkatkan dan disempurnakan.
3) Sarana dan administrasi pendidikan. Sarana dan administrasi
pendidikan ini tidak saja perlu kelengkapan yang memungkinkan pelayanan
mahasiswa dengan lancer, cepat dan teratur, tapi juga perlu ditata
alokasi penggunaan yang sebaik mungkin, sehingga penggunaan biaya untuk
sarana dan administrasi tersebut dapat berjalan efektif dan efisien.
Tugas-Tugas Perkembagan Pada Masa Belajar
1) Tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak-kanak 0- 6 tahun.
Belajar : berjalan, berbicara, makan, mengenal perbedaan pria wanita,
kestabilan jasmani ,memebentuk konsep, hubungan emosional dengan orang
tua, mengadakan hubungan baik dan buruk
2) Tugas perkembangan pada masa sekolah 6 – 12 tahun. Belajar:
ketrampilan fisik, sikap sehat, bergaul, eksistensi diri, membaca,
menulis, berhitung, mengembangkan konsep sehari-hari, mengembangkan kata
hati, memperoleh kebebasan pribadi, mengembangkan sikap positif terhadp
kelompok sosisal
3) Tugas perkembangan masa remaja dalam kaitanya dengan masa belajar.
Menurut Wiliam Kay
Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya
Mencapai kemandirian emosional
Belajar bergaul secara individula dan kelompok (komunikasi minterpersonal)
Menemukan idola
Menerima keadaan dirinya dan percaya diri
Memperkuat pengendalian diri
Mampu meninggalkan sifat kekanak-kanakan
Menurut Luella Cole
Kematangan emosional
Pemantapan minat heteroseksual
Kematangan social
Memilih pekerjaan/karir
Memiliki filsafat hidup
Identifikasi diri menurut Havigrus :
Mencapai hubungan lebih matang dengan teman sebaya
Mencapai peran sosial wanita atau pria
Menerima keadaan fisik dan menggunkan secara efektif
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
Memilih dan mempersiapkan karir
Mempersipakan pernikahan dan hidup keluarga
Mengembangkan ketrampilan intelektual
Mencapai tingkah laku yang bertangung jawab secara social
Memperoleh seperangkat nilai dan norma dalam bertingkah laku
Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah ini penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :
- Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju.
- Perkembangan fase remaja merupakan
segmen perkembangan individu yang sangat penting dan ditandai dengan
matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga individu tersebut bisa
bereproduksi dengan baik.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan yang dikemukakan oleh para ahli dapat digolongkan menjadi
tiga golongan, yaitu aliran nativisme, aliran empirisme danaliran
konvergensi.
- Semua individu khususnya remaja akan
mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis yang meliputi
aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
- Beberapa problem perkembangan dalam
proses pembelajaran siswa yaitu masalah di perguruan tinggi, masalah
sentralisasi masalah berbagai segi serta masalah lain seperti : dari
segi mahasiswa, dari segi pengajar, dari segi sarana dan administrasi
pendidikan .
- Solusi bagi problem perkembangan dalam
proses pembelajaran siswa yaitu menyediakan bimbingan dan penyuluhan
bagi mahasiswa, meningkatkan kuantitas maupun kualitas pengajar dan
sarana dan administrasi pendidikan.
Sumber : http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/07/makalah-perkembangan-peserta-didik.html
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mohammad, dkk. 2008. Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara
Rosmawati. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Pekanbaru : Universitas Riau
http://amriawan.blogspot.com/2010/07/pentingnya-pendidikan-karakter-di-usia.html
http://belajarpsikologi.com/perkembangan-fisik-anak-usia-dini/
http://cahayamuslimah.com/blog/prinsip-prinsip-perkembangan-anak/
http://ruangpsikologi.com/perkembangan-moral-anak/
www.batikyogya.wordpress.com/2008/09/09/perkembangan-peserta-didik/
www.id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan/
www.infoanak.com/category/perkembangan-anak/
www.psikologianakindonesia.wordpress.com/category/perkembangan-anak/
http://himitsuqalbu.wordpress.com/2011/11/04/perkembangan-peserta-didik-makalah/